SANTRI UNIVERSAL - Oleh Gus Yahya
Sebaiknya orang NU tidak membiarkan diri larut dalam eforia kebanggaan akan pengakuan atas jasa-jasa di masa lalu. Karena dua alasan. Pertama, toh jasa-jasa itu dipersembahkan oleh generasi yang telah lalu, bukan oleh dhiyapurannya bekakas-bekakas pating pecenges masa kini. Kedua, karena NU tidak boleh hanya menjadi identitas tribal yang statis dan "menuntut", tapi harus ditegakkan sebagai visi universal yang aktif dan "mengabdi" --ini adalah intinya inti, core of the core, dari khitthah Nahdliyyah.
Bahwa orang NU generasi yang lalu telah banyak berjasa, itu bukan alasan bagi generasi sekarang untuk menuntut imbalannya seperti gus nggak bisa ngaji mengharapkan salam tempel dari alumni. Kemuliaan para pendahulu tidak boleh begitu saja dijadikan definisi bagi para penuntut warisannya. Engkau adalah apa yang kau perbuat, sebagaimana bapakmu adalah jasanya. Dan engkau bukan bapakmu.
Karya para pendahulu --yakni bapakmu dan embahmu hingga embahnya embahmu dan embah-embahnya-- menghadirkan dampak berskala peradaban karena mereka melakukannya demi semesta universal, bukan demi diri sendiri, bukan juga demi kamu saja! Kini, akan menjadi kehinaanmu kalau kau menuntut-nuntut orang agar menghargai jasa-jasa mereka sedangkan kau sendiri tidak memuliakan mereka dengan menyorohkan dirimu kedalam pengabdian bagi semesta universal pula.
Maka, menjadi santri adalah menjadi universal. Atribut santri adalah hak universal. Identitas santri adalah identitas universal. Yaitu nilai-nilai luhur dalam pergulatan rohani untuk memperjuangkan kemuliaan peradaban universal. Barangsiapa memperhatikan rohani dengan memupuk kekuatannya untuk ikut serta memperjuangkan peradaban yang mulia bagi seluruh umat manusia, itulah santri
KH. Yahya Cholil Staquf
EmoticonEmoticon